Jumat, 31 Mei 2019
Rumah Tangga Nyai
“Mau kemana Nyai?” sapa sebagian orang yang sedang duduk santai di beranda rumahnya, “Ini mau ke rumah Iroh” jawabnya dengan langkah kaki yang tenang. Tiba-tiba wajah kaget muncul di wajah-wajah tetangga tadi dan “Terrrrrrrrr” Nyai mengeluarkan pisau dan menusukkan ke kaca rumah Iroh. Dari dalam terdengar teriakan Iroh sambil lari tergopoh-gopoh. Tetangga berlarian menuju rumah Iroh untuk memastikan apa yang terjadi di sana. Sebagian warga yang lebih dekat cepat mengejar Nyai dan menahannya untuk tidak mengejar Iroh. Nyai pun berteriak kencang, ia sangat marah dan membenci Iroh.
Nyai lolos dari tangan tetangga yang menahannya. Ia mencari-cari sesuatu di sebuah almari. Semua benda pajangan jatuh pecah berantakan. Nyai seperti berubah menjadi seekor binatang buas yang hendak menerkam mangsanya. Ulah Nyai membuat warga semakin banyak berdatangan dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada Nyai dan Iroh.Nyai menemukan selembar kertas yang entah bertuliskan apa. Ia berlari keluar sambil tertawa, “Hahahaha..lihat ini warga lihat. Ini kertas yang suamiku kasih pada Iroh. Ia akan mendapatkan rumah dan iri rumahku. Semuanya akan sia-sia, surat ini aku sobek, lahatlah ini” dan, “breeeeeeet” kertas itu disobek hingga menjadi lembaran-lembaran kecil dan dibuang layaknya merayakan acara. Sobekan tersebut melayang-layang dan jatuh. Nyai kembali tertawa dengan terbahak.
....
Dari pagi hari memang terdengar desas-desus seseorang yang memergoki suami Nyai dan Iroh melakukan hubungan terlarang di kebun dekat semak belukar samping desa. Dasahan Iroh membuat orang tersebut mendekat dan mengintip. Karena tidak diberi uang oleh suami Nyai, akhirnya orang tersebut menyebarkan berita itu. Selain itu, sebagian tetangga di tempat sayur juga menggosip perihal sang suami yang akan menceraikan Nyai dan menikah dengan Iroh. Sang suami sudah memberikan surat perjanjian itu kepada Iroh. Berita tersebut terdengar cepat oleh Nyai dan membuatnya geram dan marah.
Berita tersebut sudah bukan aneh lagi. Suami Nyai dan Iroh memang sudah lama dikabarkan menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Nyai. Tapi, Nyai tidak pernah percaya akan hal itu. Ia mengira bahwa tetangga itu hanya sirik akan kekayaan keluarganya dan menginginkan mereka hancur. Nyai yang terlalu sensitif itu meminta pindah tempat tinggal saja kepada sanga suami, namun sang suami tetap tidak mengindahkan permintaannya dengan alasan sudah nyaman di tempat tersebut.Nyai kembali berlari masuk ke rumah Iroh dan mencari-cari dimana Iroh bersembunyi. Tangan kanannya memeng pisau berukuran besar. Tetangga kembali histeris dan mengejarnya, namun takut untuk menahan Nyai yang memegang pisau tersebut.
Sang suami datang dan membentak Nyai. Nyai berbalik badan dan memandang ganas suaminya. Ia berbicara sambil menangis, “Teganya kamu mengkhianati aku yang sudah bertahun-tahun menemanimu. Yang sudah setia membantu kamu hingga kamu sukses seperti sekarang. Binatang kamu!!! binatang !!” Nyai menangis, lemas, dan terjatuh. Pisau itu terlepas dari tangannya dan cepatlah diambil oleh tetangga yang berada disampingnya.Setelah sadar, Nyai mendapati surat cerai yang diberikan oleh sang suami.
Ia menjelaskan bahwa ia tidak bisa hidup lagi dengan Nyai. Hingga saat ini kehidupannya bersama Nyai tidaklah sepenuhnya bahagia. Nyai masih belum juga memberikannya seorang anak, sementara pada tubuh Iroh, sudah ada janin yang dikandungnya. Sang suami harus segera menikahi Iroh. Nyai sudah tidak bisa berkata apa-apa. Ia memang tidak bisa memberikan keturunan untuk suaminya. Nyai mengidap penyakit mandul. Sampai kapan pun ia tak akan bisa memiliki seorang anak. Nyai sudah berusaha mengadopsi dari panti asuhan, tapi tetap saja sang suami merasa tidak cocok dan malah lari ke perempuan lain. Nyai mencoba menyadari dan menandatangani surat perceraian tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar